Pages

Selasa, 03 Agustus 2010

Bagaimana datangnya sifat pemarah


Sering kita mendengar orang berkata, “Orang ini penyabar, orang itu pemarah, aku memang bertemperamen seperti ini!” Sifat pemarah dalam konsep masyarakat umum menunjuk kepada kepribadian seseorang.

Dari manakah sesungguhnya sifat pemarah itu?  Menurut pandangan saya merupakan konsep yang dibentuk setelah lahir, dalam proses pertumbuhan terbentuklah dalil dan hukum terhadap sesuatu.  Suatu hal bila cocok dengan pikiran dan konsepsi saya akan membuat saya senang; jika sebaliknya kita menjadi tidak senang.  Beberapa orang bahkan mengungkapkan perasaannya dengan marah.

Tanpa konsepsi dan keegoan yang terbentuk setelah lahir sebenarnya seorang manusia tidak seharusnya memiliki sifat pemarah.  Peristiwa yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari lebih kurang dapat dibagi menjadi dua jenis. Pertama, hal-hal yang memuaskan kita. Kedua, hal-hal yang tidak memuaskan kita.

Menghadapi hal yang memuaskan, kita akan senang. Mengalami peristiwa yang tidak memuaskan, kita naik darah.  Ini bukanlah perilaku yang seharusnya.  Coba pikirkan ketika Anda sedang marah, apakah Anda benar-benar dapat memperbaiki lingkungan?  Saya kira tidak demikian, tetapi sebaliknya akan bertambah runyam.

Seorang pengusaha pernah berkata, “Ketika saya marah, saya tidak akan mengambil keputusan apapun.”  Benar! Keputusan yang dilakukan ketika sedang marah tentunya tidak rasional.  Keputusan yang dibuat ketika sedang senang belum tentu merupakan yang terbaik karena merupakan keputusan emosional.

Keputusan penting pada saat dalam keadaan tenang, tanpa dipengaruhi faktor emosi, merupakan keputusan yang terbaik.  Seorang manusia tidak seharusnya memiliki sifat pemarah.  Menghadapi sesuatu yang memuaskan, tidak bergembira, tidak dipamerkan. Mengalami sesuatu yang tidak memuaskan, tidak naik darah, tidak gusar, cukup menjelaskan permasalahan dengan baik-baik.

Sifat pemarah, bukanlah hal yang baik, saya ingin menjadi orang yang tidak memiliki sifat pemarah. Ketika saya membuat kesalahan akan saya perbaiki, bila orang lain bersalah, beri penjelasan kepadanya secara rasional.

Kemarahan tidak dapat menyelesaikan salah paham dan permusuhan, namun kekuatan kebaikan justru mampu mengubah keberingasan menjadi kedamaian. Sebab itu saya ingin menjadi orang yang tidak memiliki sifat pemarah, menggunakan kebaikan dan kasih sayang mengubah hubungan yang tidak harmonis.

Sesungguhnya sifat pemarah bukanlah sesuatu yang berharga, dia merupakan suatu kebiasaan yang terbentuk setelah lahir, kita tidak harus memeluknya erat-erat, kita bahkan boleh membuangnya jauh-jauh, agar kasih dan kebaikan menyebar ke setiap pelosok dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...