Pages

Senin, 16 Agustus 2010

Melepas Orang Tercinta


Dia baru saja pulang dari luar negeri, pulang dari perjalanan tugas bersama suami keduanya. Perasaan pulang ke kampung halaman sungguh sangat nyaman, sayang di dalam hatinya masih tersirat sedikit kepedihan.

Meskipun telah lewat dua tahun lamanya, dia masih menyimpan seribu, sepuluh ribu pertanyaan. Dia pergi menemui orang yang pernah mengkhianati cintanya.

"Apakah sudah terbiasa hidup di luar negeri?"

"Biasa saja. Bagaimana dengan dirimu?"

"Hm.... tak banyak berbeda."

Tegur sapa yang sangat hambar sekali, dua insan itu sama-sama tak tahu harus memulai pembicaraan dari mana.

Dia adalah mantan suaminya, hari-hari dimana mereka berdua sedang jatuh cinta, tidak ada gejolak yang bergelora, tetapi sangat hangat dan mesra. Mereka adalah teman kuliah, setelah lulus langsung menuju ke pelaminan.
Dengan beginilah hari demi hari mereka lewati. Ketika mereka berdua sama-sama menganggap hidup ini adalah demikian dan tidak akan ada perubahan lagi, mendadak suatu peristiwa terjadi.

Sang suami didianogsa oleh dokter telah mengidap penyakit kanker, dengan sekejab saja dia merasakan dunia sepertinya telah berubah. Suaminya berhenti bekerja dan harus masuk rumah sakit.

Dengan begitu sang istri menjadi tulang punggung keluarga, dia merangkap beberapa pekerjaan sekaligus. Setiap hari sibuk berputar-putar bagaikan gasing, masih harus menjenguk suaminya yang terbaring sakit.

Tepat pada saat dia sedang mati-matian mencari uang untuk biaya pengobatan, di dalam rumah sakit tersebar isu perselingkuhan suaminya dengan seorang pasien perempuan penderita penyakit kanker yang telah bersuami.

Bagaimana mungkin hal ini terjadi setelah menikah selama beberapa tahun? Meski dia bukanlah tipe seorang pria yang sempurna, namun perilaku dan sikapnya sangatlah elegan, membuat banyak perempuan mengagumi dirinya.

Selama ini dia sama sekali tidak pernah berbuat hal-hal yang tidak pantas terhadap dirinya, apa lagi pada saat-saat seperti ini, lebih-lebih tidak mungkin.

Namun kenyataan lebih meyakinkan daripada kata-kata. Perempuan yang mengidap penyakit kanker itu sungguh tergila-gila pada suaminya. Dalam waktu singkat dia bercerai dengan suaminya.  Dan perempuan yang menderita kanker itu juga telah bercerai dengan suaminya.

Setelah bercerai, dia menerima tawaran dari perusahaannya untuk bekerja di cabang perusahaan yang berada di luar negeri.

"Ini hadiah untuk isterimu?" Dia menunjuk ke arah seikat bunga Lily yang berada dalam genggaman tangan mantan suaminya.

"Dia memang sangat menyukai bunga Lily," katanya lirih sambil menganggukkan kepala. Wajahnya tersirat sebuah senyuman kebahagiaan.

Melihat ekspresi wajah mantan suaminya itu, hatinya mendadak merasakan suatu kepedihan yang sangat mendalam.

Kata-kata yang tersimpan selama dua tahun itu dengan spontan tercetus pada mantan suaminya, "Apakah kau tahu mengapa waktu itu aku setuju untuk bercerai denganmu?

Karena kisah yang kau ceritakan itu pada saat baru masuk rumah sakit: Dahulu kala ada dua orang ibu sedang memperebutkan seorang anak, pejabat setempat membiarkan mereka bertengkar, akhirnya anak tersebut menangis kesakitan karena ditarik oleh kedua ibu itu.

Melihat anak kecil itu menangis, ibu kandungnya merasa tak tega, dia lalu melepaskan tarikannya itu."

Dia memalingkan wajahnya, sudut mata mereka berdua berlinang dengan air mata.

Setelah mengantar mantan isterinya pulang, seorang diri ia membawa seikat bunga Lily itu pergi ke pemakaman perempuan lain. yakni perempuan yang dia sebut sebagai "isteri", perempuan yang sangat menyukai bunga Lily.

Selama kurun waktu dua tahun ini dia jarang sekali keluar dari rumah, rambut kepalanya juga rontok semua.

"Waktu saya juga tidak lama lagi, sahabatku, hari ini mungkin merupakan hari yang terakhir saya datang untuk menjengukmu, terima kasih pula telah bercerita tentang kisah itu kepada saya." Dia bergumam lirih pada pusara  perempuan itu.

Kisah itu sebenarnya diceritakan oleh perempuan yang bersemayam dalam makam itu kepada dirinya, tidak lama setelah dia masuk ke rumah sakit. Ketika itu mereka berdua sama-sama tahu diri mereka mengidap penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

Perempuan itu tidak mau memberatkan beban suami yang sangat dia cintai, begitu pula dia juga tidak ingin menjadi beban berat bagi isteri tercintanya, karenanya, mereka berdua memutuskan untuk melepaskannya terlebih dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...