Pages

Rabu, 18 Agustus 2010

Perubahan Hidup


Ketika kita tidak mendapatkan cara untuk memecah kepompong dan keluar dari sana, ketika kita menemui kegagalan, ketika kita ingin berubah menjadi lebih baik, kita akan memikirkan suatu "perubahan". Tidak peduli perubahan itu dimulai dari mengubah diri sendiri atau mengharapkan perubahan dari orang lain, selalu menganggap perubahan sebagai momen yang bisa menyelesaikan akar dari permasalahan.

Benarkah "perubahan" bisa menyelesaikan pokok permasalahan? Adakah kita terjerumus ke dalam kebingungan "berubah pasti menjadi lebih baik"? Sebenarnya perubahan juga ada kemungkinan berubah menjadi semakin buruk!

Pada dasarnya, jika menginginkan setiap persoalan ada suatu perubahan atau penerobosan pasti akan sangat menyengsarakan dan berisiko. Perubahan juga harus menggunakan hati (keseriusan) dan memerlukan energi.

Setelah melihat pengalaman "perubahan" yang berhasil dari orang lain, kita  akan beranggapan  bahwa asalkan menjiplak pengalaman "perubahan" itu dan digunakan untuk diri sendiri, pasti akan mendapatkan hasil yang sama.Sebenarnya logika semacam ini mungkin terlalu sederhana.

Setiap individu atau setiap organisasi, masing-masing mempunyai ciri khas dan kepelikannya sendiri, dengan adanya perubahan dari setiap faktor misalnya, mungkin akan memunculkan hasil yang berbeda.

Ketika kita kontak dengan benda yang sama sekali asing bagi kita, hal tersebut adalah semacam cobaan bagi kita. Misalnya seperti beralih di bidang pekerjaan lain, menyesuaikan jet lag saat pergi bertamasya, ketika mempelajari sebuah teknik baru, semua ini adalah semacam perubahan yang harus bersusah payah mencapainya.

Ketika masih sekolah, setiap kali kita mengenal sebuah huruf yang baru, atau melafalkan kata-kata dari sebuah syair yang baru, dari sama sekali asing hingga trampil atau mahir adalah semacam tantangan. Jika bahan yang dilafalkan itu adalah sebuah pelajaran yang sangat panjang atau berbagai bahan pelajaran untuk mendapatkan nilai yang baik, maka hal tersebut lebih membuat orang susah dan sebal.

Ketika kita melewati sebuah liburan yang amat panjang, setelah terbiasa dengan kemalasan, saat akan terjun kembali ke dalam pekerjaan, menghadapi waktu bekerja dan istirahat yang berbeda, tekanan-tekanan dalam pekerjaan semakin bertambah, ketika kita harus menyesuaikan dan mengubah ritme kehidupan kita, acapkali hati kita mudah sekali timbul perasaan cemas dan ketakutan, bahkan bisa timbul pikiran untuk mundur dan menghindar.

Jika kita tidak memiliki keuletan untuk menghadapi tantangan, maka kemungkinan kita bisa terjerumus dalam rontaan dan kebingungan yang menyengsarakan. Sebaliknya jika kita sudah mempersiapkan mental untuk menyambut dan menghadapi tantangan, maka kemungkinan kita bisa mencoba dari situasi yang sulit, berangsur-angsur memikirkan sebuah jalan keluar.

Hati manusia selalu menginginkan perubahan, terkadang kita tidak bisa senang dengan ketumpulan, berpikir untuk menerobos kebiasaan, bisa timbul suatu pikiran untuk membuat suatu gagasan yang baru. Menurut saya, pada dasarnya hal tersebut bisa diterima.

Asalkan jangan lupa ketika kita ingin mencari sebuah perubahan, harus mempersiapkan lebih dulu mental untuk menasihati diri sendiri, harus mempersiapkan lebih dulu risiko yang mungkin terjadi. Dengan demikian kita tidak akan terjerumus ke dalam pikiran sesat tentang "berubah pasti menjadi lebih baik", karena pikiran sesat itu akan membuat kita tidak bisa maju dan tidak bisa mundur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...