Pages

Kamis, 19 Agustus 2010

Mengenang Nenek


Sejak ibu meninggal tahun lalu, nenek tinggal di rumah paman saya yang berada di Taipei. Pada reuni keluarga yang lalu, saya bertemu lagi dengan nenek, ekspresinya masih begitu menyenangkan, rambut putih yang indah memenuhi kepala, semua orang yang hadir tidak bisa tahan untuk tidak memberikan pujian: "Nenek terlihat cantik dan lebih muda, tidak kelihatan kalau sudah berusia 90 tahun!"

Nenek di goda hingga wajahnya penuh dengan senyum, menimpali: "Memang benar! Nenek tinggal di Taipei, para tetangga juga mengatakan demikian."

Di saat masih bersekolah di SD, saya sering pergi membantu nenek di sawah. Ketika semua orang sedang sibuk mengerjakan sesuatu, nenek akan berada di samping kami mengajarkan kami menyanyikan lagu Jepang dan Inggris, kebanyakan adalah jenis lagu anak-anak.

Pada saat itu jika ditambah dengan kedatangan kakek yang membawakan es lilin untuk kita, menjadi kenikmatan yang paling besar dalam hidup kami. Saya sangat senang pergi bermain di tempat nenek. 

Sewaktu saya masih kuliah dan sedang membuat tugas berbahasa Jepang, dosen pengajar menyuruh kami pergi ke berbagai tempat untuk mewawancarai orang yang masih bisa berbahasa Jepang, merekam percakapan mereka dan lagu-lagu Jepang yang masih bisa mereka nyanyikan.

Dengan menggunakan alat perekam antik, saya membuat beberapa rekaman sederhana. Peran utama dalam rekaman itu kecuali nenek dan kakek, masih ada bibi ketiga saya yang berpenampilan modis juga ikut meramaikan acara ini.

Mendengar tiga orang tua berceloteh dan bernyanyi, sungguh ramai. Alhasil tugas saya saat itu mendapatkan nilai 90 lebih. Tiga tahun kemudian kakek saya meninggal dunia, rekaman ini juga telah menjadi hadiah kenangan yang paling berharga.

Nenek sangat berbakat dalam hal bahasa, dia memiliki "banyak pita suara", dia bisa berbahasa Kanton, Taiwan, Jepang dan Inggris. Nenek lulusan sekolah kejuruan, beliau tergolong berpendidikan tinggi pada saat itu. Dia selalu merasa bangga akan hal tersebut, sering berkata jika bukan karena dalam keluarga tidak ada anak lelaki, dia pasti akan mencari pekerjaan di luar daerah atau menjadi seorang guru.

Tak heran pula jika para paman saya mempunyai prestasi yang sangat bagus dan berpendidikan tinggi. Bahkan paman ketiga saya yang berprofesi sebagai petani juga berpendidikan tinggi.

Suatu ketika nenek pernah dengan cerdik lolos dari perampokan. Ceritanya begini:

Saat itu nenek berusia lebih dari tujuh puluh lima tahun. Suatu hari dia pergi ke serikat tani untuk mengambil sejumlah uang, dalam hati dia berpikir akhir-akhir ini situasi keamanan tidak begitu kondusif, harus lebih berhati-hati. Maka selesai mengambil uang, nenek segera pulang dengan mengendarai sepeda motor.

Di sepanjang perjalanan tak henti-hentinya nenek melirik kaca spion, untuk melihat apakah ada orang yang menguntit di belakang.

Rumah nenek sangat besar, luasnya lebih dari 1.000 meter persegi, dan tinggal seorang diri. Begitu tiba, nenek langsung memasukkan sepeda motornya sampai ke dapur, kemudian segera berganti pakaian.

Tidak lama kemudian ada seseorang yang mengikuti. Pria asing itu mengendarai motornya masuk ke halaman rumah nenek, dan terus mengamati keadaan sekeliling. Pria asing itu berteriak dari luar, "Apakah ada orang? Saya datang untuk memeriksa meter listrik."

Nenek segera menyahut dari dalam, "Zaman sekarang ini mana ada orang yang memeriksa meteran listrik, Anda berbicara sembarangan!" Pria itu tahu jika dia salah bicara, segera pergi.

Namun tidak lama kemudian datang lagi yang lain. Begitu masuk pekarangan langsung berteriak, "Apakah ada seorang nenek-nenek yang baru saja mengendarai motor masuk ke dalam rumah?"

Nenek menjawab, "Tidak ada, Anda mau apa?" Pencuri bodoh itu juga segera pergi. Di kemudian hari jika ada masalah pengambilan uang, nenek menyerahkan masalah tersebut kepada paman, nenek tidak berani pergi mengambil sendirian.

Reuni keluarga kali ini melihat para paman bernyanyi dan berdansa, merupakan pemandangan yang sangat menggembirakan, suasananya sangat meriah dan akrab. Masih ada empat pasang suami-isteri yang bergabung dalam kegembiraan kami, mereka datang dari Taipei.

Mereka ingin merasakan situasi kegembiraan dan kedamaian empat generasi dalam keluarga kami. Hal yang paling jarang ditemukan adalah, adik sepupu saya yang berprofesi sebagai dokter hewan di Hong Kong, juga pulang ke Taiwan dengan membawa serta isteri dan anaknya yang belum genap berusia satu tahun.

Ongkos perjalanan mereka tidak sedikit, tetapi dia merasa sangat senang dan berkata: "Sangat gembira melihat nenek tubuhnya sehat, hal ini melebihi apapun!"

Teringat reuni pada dua tahun lalu orang yang hadir hanya duduk dalam empat meja. Tahun ini bertambah dua meja, karena selama dua tahun ini ada handai taulan yang berkarier juga sudah berkeluarga, bertambah pasukan baru, jadi sangat ramai.

Saya dalam keadaan saat ini, neneklah yang paling gembira mempunyai banyak anak yang berbakti juga cucu yang baik dan cakap. Di kemudian hari, masih ada saja yang memuji rambut putih nenek yang bagus.

Sebenarnya, kami semua tidak berharap nenek menyemir rambutnya menjadi hitam lagi. Rambut putih di tambah dengan senyuman yang menyenangkan, merupakan bayangan yang terindah dalam ingatan kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...