Pages

Sabtu, 14 Agustus 2010

Pendamping di Masa Tua


Pernikahan orang tua saya sudah hampir mencapai lima puluh tahun. Ketika saya masih kecil, tidak memahami jalinan kasih mereka baik atau tidak. Mungkin di era "kuno" itu, jalinan kasih itu mereka wujudkan dalam bentuk kekhawatiran kesehatan pihak lain dan dalam tanggung jawab untuk menghidupi keluarga.

Kemudian ketika tumbuh lebih besar, selama menimba ilmu, kesibukan pelajaran sekolah dan dinamika di masa pertumbuhan, telah membuat saya yang sibuk dengan urusan sendiri setiap hari, tidak ada lagi waktu untuk memperhatikan hubungan diantara kedua orang tua. Hingga tamat Universitas, saat pulang ke rumah dan hidup bersama dengan mereka, saya baru menyadari, bahwa ternyata terdapat begitu banyak perselisihan dan pertentangan diantara mereka berdua, saya juga sepertinya baru mulai memahami mereka dari pertengkaran mulut yang sering terjadi.

Ayah adalah putra sulung dalam keluarga, di atas ayah saya ada lima orang kakak perempuan, mereka berlima tidak pernah mendapatkan pendidikan secara formal, walaupun di bawah ayah saya masih ada adik laki-laki dan perempuan. Keluarga ayah hidup serba kekurangan, dan hanya ayah yang bisa menyelesaikan pendidikan SMP-nya dengan lancar. Sebelum menikah ayah mendapatkan pekerjaan sebagai pegawai negeri.

Sedangkan ibu berasal dari keluarga yang lebih miskin dari keluarga ayah. Sebagai anak perempuan sulung, saat usia belasan tahun sudah harus membantu menghidupi keluarga, sehingga ibu  tidak pernah sempat mengenyam pendidikan sekolah. Kesenjangan yang begitu lebar, pada zaman yang perubahannya sangat cepat ini, semakin tampak diantara mereka berdua.

Ayah adalah seorang yang keras kepala. Begitu memutuskan suatu masalah, sangat sulit untuk bisa mengubahnya lagi. Meski  hal tersebut salah, dia juga tidak mungkin menundukkan kepala di hadapan orang lain.

Sedangkan ibu adalah orang yang ingin mengubah ayah. Meski ibu tidak pernah mengenyam pendidikan, kerjanya sangat cekatan. Dalam menangani pekerjaan sangat harmonis dan sempurna, dia sangat cerdik dan tangkas, sering membuat saya berseru kagum. Jika ibu dulu mempunyai kesempatan untuk bersekolah, dapat dipastikan dia akan menjadi murid teladan.

Ayah bertengkar dengan paman karena masalah pembagian harta yang tidak adil. Selama puluhan tahun ini dalam hati ayah selalu ada ganjalan, sedangkan ibu selalu meminta ayah memandang dari sisi sesama saudara sendiri tidak perlu terlalu diperhitungkan. Hanya dalam aspek ini saja sudah merupakan penyebab konflik yang sangat serius. Ayah ingin mempertahankan martabatnya, sedangkan ibu ingin menyatakan pemahamannya.

Suatu kali, setelah mereka bertengkar hebat, ibu lalu memberitahu saya, "Sejak awal perbedaan diantara kami berdua telah menyebabkan hubungan mereka tegang, jika bukan demi anak-anak, mungkin kami sudah bercerai."

Mendengarkan perkataan ini, saya agak terkejut, niatan untuk "bercerai" ini sudah pasti bukan muncul sejak 40 tahun yang lalu, kata ’cerai’ merupakan pernyataan perasaan yang datang dari informasi zaman sekarang yang memberikan pengaruh buruk secara berangsur-angsur terhadap ibu. Saya merasa, dalam perubahan zaman yang semakin moderen, ibu juga ingin menjadi seorang "perempuan moderen", apa daya orang yang berada di sampingnya masih tetap terisi dengan konsep yang lama.

Beberapa tahun belakangan ini, demi kerabat dan handai taulan, mereka berdua sering kali keluar bersama berkunjung dan berbicara tentang kehidupan sehari-hari. Selisih pendapat besar maupun kecil selama perjalanan juga sudah tak dapat dihindarkan lagi.

Suatu hari saat saya memandang bayangan mereka menghilang dalam sebuah mobil yang mengantarkan mereka mengunjungi saudara, mendadak timbul dalam benak saya bahwa "pasangan muda adalah pendamping di masa tua".

Benar juga! Ketika anak-anak mereka sudah menikah dan memulai karirnya sendiri, ketika tumpuan hidup anak-anak mereka sudah dialihkan ke masa depan cucu mereka, masih ada siapa lagi yang bisa mendengarkan cerita tentang kejadian masa lampau mereka? Ada siapa yang bisa mendampingi dengan sabar, melangkah seiring dengan langkah mereka yang sudah lamban, berjalan menuju ke senja kehidupan? Hanya mereka berdua yang bisa saling menunggu dan saling memapah.

Pergesekan dalam hidup ini sulit dihindari, tetapi saya yakin orang tua saya juga sudah pernah merasakan kehangatan sebagai "pasangan muda"  dan  sebagai "pendamping di masa tua". Selama masa pernikahan ini telah terurai segala kebencian dan dendam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...