Pages

Selasa, 03 Agustus 2010

Ayahku, seorang penjual jajanan

"Bakpao...Onde-onde...nagasari..." kata-kata itulah yang selalu diteriakkan oleh ayahku, sambil membawa barang dagangan diatas kepalanya. Dan sering, kata-kata itu menjadi bahan tertawaan teman-teman satu SMA ku. Dulu ketika ibuku masih ada, ayahku adalah seorang karyawan sebuah perusahaan besar dan ibuku berjualan jajanan pasar yang setiap pagi selalu berkeliling kampung untuk menjajakannya. Tapi, sejak aku lulus SMP, semua itu berubah.

Ibuku meninggal karena penyakit jantung yang beliau derita selama ini, dan ayahku memilih keluar dari perusahaannya. Hal ini dilakukan ayahku, karena beliau ingin melihat aku bertumbuh menjadi anak yang baik dan tidak terjerumus ke pergaulan yang tidak-tidak, maklum, aku anak tunggal. Ayahku memilih melanjutkan usaha ibuku untuk mencari uang demi makan sehari-hari.

Kami dari keluarga yang sederhana, dulu setiap kebutuhan ataupun uang sekolah tak pernah terlambat terbayarkan. Dan sejak ayahku menjadi seorang penjual makanan, uang sekolahku pun kadang terlambat terbayarkan dan uang saku yang dulu biasa aku terima tak ada lagi, semua digantikan dengan makanan buatan ayahku. Makanan buatan ayahku ini nggak kalah dengan buatan mendiang ibuku, dalam pikiranku pasti banyak langganannya.

Kembali ke aktifitas sekolahku, ternyata tak hanya teman-temanku yang mengejek atau apalah, dengan keadaan ayahku, penjual makanan keliling. Terkadang guru-guru yang mengajar juga ikutan seperti ayahku, terutama guru laki-laki yang iseng. Meski hanya bisa tersenyum kecut, tapi ada rasa malu dalam hatiku ini, kenapa ayahku seperti itu. kenapa dia keluar dari perusahaannya.

Setiap hari aku diejek seperti itu, setiap hari pula aku rasanya sakit mendengarnya. Tapi, hari ini terasa beda. seseorang sudah membuka hatiku untuk menerima ayahku dan harus bangga pada beliau. Satu kali, guru geografi ku, mulai iseng dengan menirukan suara dan gaya ayahku berjalan menjajakan makanan. Memang ayahku agak genit juga kalau berjalan dan mulailah tertawa satu kelas.

"Guru macam apa anda itu pak! "kata salah satu teman kelasku, namanya Adrian
Semua kelas seketika diam, dan guru tersebut melihat Adrian dengan wajah marah.

"Anda disini sebagai guru, yang harusnya menjadi teladan dan ditiru murid-murid anda. Kalau anda bertingkah seperti ini, apa bedanya anda dengan murid anda?

Anda harusnya lebih bisa menghormati pekerjaan dari orangtua murid anda "kata Adrian tegas!!!

Bukannya sadar, sang guru malah marah dan mengusir Adrian keluar dari kelas. Seketika itu juga Adrian keluar dan suasana kelas menjadi sepi. Ada rasa kelegaan di hatiku dengan kata-kata Adrian, tapi ada juga rasa tak lega.

Saat ayahku di hina seperti itu, kenapa bukan aku yang membelanya, tetapi orang lain. Dan sejak melihat keberanian Adrian itu, aku jadi tergerak untuk membela ayahku sendiri. Ayahku memang seorang penjual makanan keliling, tapi itu semua beliau lakukan demi aku. bukan untuk yang lain dan sampai kapanpun, dia adalah Ayahku. aku menyayangimu Ayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...