Pages

Rabu, 04 Agustus 2010

Mendengarkan juga menjadi suatu perhatian


Mendengarkan saksama curahan isi hati orang lain, bukan hanya semacam simpati dan sekedar memahami, juga bukan hanya pengorbanan secara sepihak.

Hari itu saya pergi ke cafe bersama seorang teman akrab yang sejak awal tidak pernah saling menjaga jarak. Setelah minuman habis diteguk, teman saya yang sejak awal sudah cemberut itu, segera mengeluarkan segala unek-unek yang selama ini mengganjal hatinya.

Dia seorang kepala bagian di sebuah perusahaan, yang disebut sebagai eksekutif pada umumnya. Dengan perilakunya yang selalu dijaga, banyak hal yang harus dia kerjakan sendiri dalam pekerjaannya, membuat dia merasa sangat lelah dan sengsara.

Yang di cari hanyalah bisa dipertanggung jawabkan pada atasannya, sedang bagi bawahan, perilakunya ini menjadi suatu pujian.

Masih ada lagi isterinya, yang merasa terbebani dengan semua urusan rumah tangga, lama kelamaan keluhannya semakin menumpuk, bukan hanya sering memperlihatkan wajah masam saja kepadanya, namun juga sering memberi perintah bernada ejekan yang menusuk hati.

Baik di tempat bekerja maupun rumahnya, dia sama-sama mendapat tekanan yang berat. Saya hanya terdiam sambil mendengarkan segala keluhannya, sesekali menghiburnya di saat-saat yang tepat.

Malam itu dia menjadi sangat terharu, sedangkan saya sendiri juga mendapatkan sesuatu setelah saya sadari. Ketika kami berdua keluar dari cafe, hari sudah larut malam, bintang-bintang pun bergemerlapan di atas langit, lampu-lampu jalanan dalam kota juga sudah menyala semua. Derap langkah teman saya juga sudah berubah menjadi ringan, mulutnya juga sudah bisa mendendangkan lagu-lagu yang ceria.

Kita bertempat tinggal dalam kota yang penuh dengan gedung beton dan baja, sukar sekali bisa terhindar dari kelelahan dan kekesalan. Bisa saja terjadi kegagalan dalam usaha, mungkin juga kesehatan tubuh melemah atau mengalami patah hati oleh kabar angin yang tersebar.

Kehidupan itu memang demikian, Anda tidak bisa menolak sebuah kerisauan yang datang dengan tiba-tiba. Ada orang yang menjadi murung, semangat juangnya menurun, emosional dan perasaan menjadi tidak tenang oleh karena kekesalan yang muncul tiba-tiba ini.

Bagi orang yang terjerumus dalam keadaan semacam ini, dia sangat membutuhkan saluran untuk melepaskan kekesalan tersebut, membutuhkan seseorang yang bisa dengan sabar mendengarkan segala uneg-uneg dalam hatinya.

Jika kita memahami dan memberikan nasihat dengan tulus, maka keesokan harinya dia masih tetap bersemangat bagaikan seekor elang yang terbang di langit, masih tetap bisa menciptakan kegemilangan yang lebih besar.

Sebaliknya jika tidak ada orang yang mau mendengarkan atau menolaknya secara halus, maka hal tersebut sudah pasti akan mendorong dirinya ke dalam keadaan yang lebih terpuruk, bahkan bisa menyebabkan orang tersebut menjadi patah semangat bagaikan burung yang rontok bulunya.

Dulu, saya termasuk orang yang tidak bisa mendengarkan curahan isi hati orang lain, tetapi cara berpikir ini berubah setelah saya mengalami suatu peristiwa.

Waktu itu saya masih sebagai seorang operator biasa. Mungkin karena keadaannya seperti itu, atau mungkin juga saya masih belum cukup dewasa, sehingga kekesalan dan kerisauan saya masih sangat banyak.

Hal ini membuat saya patah semangat dan acapkali naik pitam tanpa alasan yang jelas saat saya pulang ke rumah, sehingga membuat seluruh keluarga saya menjadi tidak tenteram. Beruntung sekali saya bisa  berkenalan dengan seorang profesional yang jujur dan tulus. Dia berusia lebih tua daripada saya, sangat bisa memahami maksud hati orang lain.

Berkat anjuran darinya, saya lalu berusaha melakukan komunikasi dengan beberapa pimpinan. Karena segala kekesalan sudah tersalurkan, hati bisa menjadi tenang, konflik juga semakin sedikit, bisa konsentrasi untuk berusaha, maka membuat saya bisa sedikit demi sedikit mencapai keberhasilan dan naik jabatan.

Hampir 10 tahun telah berlalu, daun pepohonan yang menguning dan rontok, mulai bertunas dan hijau kembali. Raut wajah profesional itu ketika penuh perhatian mendengarkan curahan hati serta saat mengeluarkan kata-kata menghibur, masih terukir jelas di dalam benak saya.

Sejak itu pula saya belajar untuk mendengarkan curahan hati orang lain, belajar mendengarkan dengan sepenuh hati, sabar dan menaruh perhatian. Karena itu banyak teman yang menceritakan  persoalan pribadi serta kerisauan hati mereka kepada diri saya.

Ada orang yang mengatakan, orang yang bersimpati akan mempunyai banyak teman, ada juga yang berkata, orang yang bersikap ramah mempunyai banyak teman. Bahkan ada orang yang berkata, orang yang mendengarkan saksama pembicaraan orang lain akan mempunyai banyak teman.

Tidak peduli bagaimana mengatakan, banyak teman berarti orang lain merasa senang dekat dengan Anda, mereka merasa mudah mendapatkan simpati, pengertian dari diri Anda. Dasar dari bisa mempunyai banyak teman berawal dari mempersembahkan.

Jika Anda tidak sudi memberikan kehangatan kepada orang lain, maka Anda juga jangan berharap sinar terang dari orang lain akan bisa direfleksikan ke diri Anda.

Sebenarnya mendengarkan curah-an hati orang lain dengan penuh perhatian, bukan hanya semacam simpati dan memahami, juga bukan hanya pengorbanan secara sepihak. Pengalaman hidup setiap orang, merupakan sebuah pelajaran yang berlimpah, bisa menyediakan nutrisi berguna bagi Anda untuk dibaca dan diserap, dengan demikian akan mengingatkan diri Anda untuk bisa menghindari kubangan lumpur di depan perjalanan Anda.

Kita harus pandai-pandai mendekati dan menyenangi orang lain, harus belajar untuk mendengarkan perkataan orang lain, tidak peduli terhadap teman dan sejawat, orang tua, saudara kandung, suami atau istri dan anak haruslah bersikap demikian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...