Pages

Sabtu, 07 Agustus 2010

Integritas seseorang yang berbicara


Sejarah itu bagaikan cermin, dapat mengungkapkan banyak rincian peristiwa. Membaca sejarah membuat orang merasa seolah-olah melampaui ruang dan waktu, memutar video dari adegan masa lalu.

Ada banyak hal yang terjadi dalam sejarah, dan kita bisa belajar banyak dari mereka dengan membaca buku-buku sejarah. Salah satu contohnya Shiji (??), sebuah maha karya yang ditulis sejarawan China, Shima Qian (109-91 SM). Saat membaca Shiji, saya menemukan satu pepatah kuno di dalamnya: “Integritas seseorang yang akan berbicara.”

Pepatah ini berasal dari biografi Jenderal Li dalam buku Shiji. Disitu tertulis, “Jenderal Li tidak pandai dalam berbicara. Namun saat kematiannya, semua orang merasa kehilangan dirinya, hal ini dikarenakan kesetiaan dan ketulusannya kepada orang lain. Artinya, integritas seseorang yang berbicara.”

Perkataan ini mengacu pada Li Guang, seorang jenderal terkenal era Dinasti Xihan. Jenderal Li bijaksana dan berani, dia membuat kontribusi besar dalam mempertahankan negara dari invansi musuh. Selain keahlian seni bela dirinya, dia juga dikenal peduli terhadap para prajuritnya.

Suatu hari ketika berbaris dalam cuaca dingin, Jenderal Li melihat seorang tentara dengan kaki terluka berjalan dengan susah payah. Dia turun dari kudanya dan meminta prajurit tersebut duduk di atas kudanya, seraya dengan lembut menghibur prajurit itu.

Semua prajurit yang menyaksikan peristiwa ini menjadi tersentuh. Ketika berhenti untuk istirahat, persediaan makanan prajurit tersebut telah menipis, mengetahui hal ini Jenderal Li memberikan makanannya untuk prajurit yang terluka tersebut dan tidur dengan perut kosong malam itu.

Ketulusan hati dan kepeduliannya telah meraih kepercayaan dari para prajuritnya. Meskipun Jenderal Li tidak berbicara tentang masalah ini, para prajuritnya telah tersentuh sehingga bertempur dengan gagah berani melawan musuh-musuh mereka.

Ketika mendengar Jenderal Li telah meninggal, seluruh prajurit dan warga sipil menangisinya. Shima Qian mencatatnya dalam Shiji dan memuji Jenderal Li.

Pamer diri merupakan kebiasaan buruk. Kebajikan seseorang akan diperhatikan oleh orang lain, meskipun mereka sendiri tidak membicarakannya. Ini adalah tingkatan alam spiritual. Saya pikir sebagai praktisi, kita juga harus tetap rendah hati dalam berasimilasi dengan prinsip Sejati, Baik dan Sabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...