Senin, 16 Agustus 2010
Resep jitu keluar dari kondisi sulit
Ketika mengalami kondisi sulit di dalam kehidupan, apakah seharusnya menghadapi masalah dengan berani? Atau menghindari kondisi sulit ini?
Andaikata masalah itu dihadapi dengan berani tetapi menemukan berbagai hambatan, seharusnya bertahan hingga berapa lamakah? Jikalau telah menghindari kondisi sulit ini, bukankah senantiasa harus hidup di dalam ketakutan dan keterpurukan?
3 Langkah dalam menghadapi kondisi sulit:
1. Penyelesaian masalah (problem solving)
Metode setiap orang dalam menghadapi kondisi sulit bukan hanya sama, akan tetapi penulis menemukan, orang-orang secara logika sama-sama memahami cara dalam menghadapi kondisi sulit, namun nyatanya tak mampu melaksanakannya dengan tuntas. Atau, meskipun mengetahui cara penyelesaian yang bisa dilakukan, tapi oleh karena kekakuan karakter sehingga tak mampu menggunakannya dengan lincah.
Ketika kita di dalam kehidupan menjumpai kondisi sulit, cara pertama yang paling langsung ialah “penyelesaian masalah”.
Sebagai contoh, ekonomi keluarga si A menjumpai kesulitan, ia lantas dengan sepenuh hati merenungkan cara penyelesaian permasalahan ekonomi, seperti merangkap pekerjaan sampingan, penghematan pengeluaran atau pemupukan ketrampilan profesional dan lain-lain.
Misalnya lagi, si B dikucilkan oleh teman sekelasnya, ia lantas merenungkan dengan seksama permasalahan hubungan antar manusia dengan dirinya sendiri, menemukan musabab dan merombaknya dengan segenap tenaga. Ini adalah metode penyelesaian kondisi sulit yang pertama.
Dari pengalaman sekian banyak pemanduan kasus telah diketahui, banyak orang dengan jelas mengetahui titik simpul kegundahan diri, namun mereka tidak berupaya memikirkan cara penyelesaian masalah, apalagi hendak mencoba dengan gigih mengatasi kekeliruannya. Kadang kala mereka malah selalu berpikir:
“permasalahan ini tidak mungkin diselesaikan”, untuk kemudian tenggelam di dalam situasi kegundahan. Di dalam kehidupan terdapat banyak sekali problema penting (Tidak gembira, masalah ekonomi, hubungan antar manusia yang jelek, arah masa depan tidak jelas) yang membutuhkan banyak waktu dalam perenungan dan upaya mengkoreksi kesalahan.
Barangkali anda bisa saja berkata, “Mengenai masalah ini saya telah merenungkan sangat lama, juga telah mendiskusikannya dengan kawan berulang kali, belum cukupkah ini?” Saya mengusulkan, andaikan anda di dalam permasalahan ini belum pernah merenungkan dengan seksama selama beberapa ratus jam, maka belum boleh dikatakan anda pernah merenungkan masalah tersebut.
Jikalau anda tidak pernah melaksanakan rencana anda sebanyak puluhan kali, berupaya dalam perombakan masalah ini, maka belum boleh dikatakan anda sudah mencoba menyelesaikan kemelut ini.
2. Menghindari kondisi ini
Di kala anda sudah dengan serius menghadapi permasalahan, akan tetapi sewaktu problem masih saja tetap eksis, bagaimana seharusnya? Saat seperti itu, mari kita bahas cara ke dua dalam menghadapi kondisi sulit, yakni “menghindari situasi”.
Dalam prakteknya, penulis sering melihat sebagian orang adalah sedang berada dalam sebuah kondisi sulit yang tak teruraikan, misalnya:
Seorang anak menanti-nantikan sang ayah yang pecandu alkohol dengan kecenderungan kekerasan, untuk tidak lagi melukainya.
Seorang karyawan menanti-nantikan perusahaan yang tidak memiliki sistem handal dalam pemberian gaji yang pantas dan saluran peningkatan karir.
Seorang dengan karakter lugu berharap sekelompok rekan kerja yang mampu menerima klaim produsen jangan mengucilkannya lagi.
Di dalam situasi kondisi seperti tersebut di atas, kondisinya adalah tidak mungkin diubah, sedangkan menghindari kondisi seperti ini sesungguhnya barulah cara yang tercerdas. Bila hendak berupaya mengubah situasi yang tidak mungkin diubah, maka hanya akan menimbulkan kegagalan dan keputusasaan belaka.
3. Pembenahan sikap kita untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
Ketika cara pertama dan cara ke dua pada tidak mungkin dilaksanakan, masih ada cara ke tiga dalam menghadapi situasi sulit, yaitu “pembenahan sikap kita untuk menyesuaikan diri dengan kondisi”. Misalnya saja:
Tuan C bekerja sekian lama di sebuah perusahaan dengan sistem kesejahteraan yang tidak memadai, produktivitas kerja para rekan sejawat sangat rendah, ia bekerja dengan sangat letih tapi dengan penerimaan gaji yang minim. Ia juga pernah berpikir hendak meninggalkan jabatannya dan mencari sebuah perusahaan baru, tetapi belum menemukan yang sesuai.
Maka, yang bisa ia lakukan sekarang, ialah memberitahu diri sendiri “Tak peduli perusahaan mau saya mengerjakan apa saja saya bersedia mengerjakannya, asal saya mampu, semuanya saya bereskan juga tidak masalah”, “Menderita dianggap seperti meminum jamu pahit-bermanfaat”.
“Apabila situasi seperti ini saja saya mampu mengatasinya, kelak tak takut lagi terhadap tantangan apapun”, “Walau rekan kerja tidak bersahabat, tetapi juga tak bisa mengusik saya, pokoknya saya bekerja dengan serius, bersikap ramah, mereka hendak memfitnah saya, saya tak bisa berbuat apa-apa”.
“Saya di sini belajar dengan giat, begitu ada peluang langsung loncat. Saya percaya tidak bakal selamanya di sini”.
Pemikiran seperti itu bisa membuat orang tenang hati berada di dalam kondisi sulit, sampai dengan munculnya peluang yang dapat membalikkan situasi.
Oleh karenanya, sewaktu anda mengalami kesulitan, harap di ingat harus dengan sungguh hati mencari cara penyelesaian masalah dan mencoba berbagai konsep rancangan penyelesaian. Apabila anda sudah dapat melakukannya, namun masalah tetap saja tak dapat diselesaikan, maka bisa dipikirkan untuk menghindari situasi itu.
Apabila kedua cara tersebut tidak dapat dilaksanakan, maka harus mencoba untuk merombak sikap demi penyesuaian dengan kondisi.
Bagi orang yang bijak bisa dengan sigap menilai titik krusial permasalahan, menelurkan berbagai cara dan dengan tak henti-hentinya mencoba penyelesaian masalah. Ketika masalah tidak dapat diurai, ia juga mampu memutuskan dengan tegas, dengan segera melompat keluar dari situasi ini.
Jikalau masalah tak mampu diselesaikan, juga ketika kondisi sulit tak mampu dihindari, bisa juga dengan membenahi sikap diri sendiri, agar bisa tenang di dalam kondisi sulit seperti ini. Orang seperti ini kemungkinan besar tidak mudah bermuram-durja.
Ruang Psikoterapi
Dianalisa sendiri sewaktu menghadapi kondisi sulit titik buntu yang bisa ditemui:
1. Pernahkah anda meluangkan waktu selama ratusan jam merenungkan permasalahan yang sedang dihadapi? Pernahkah anda merancang puluhan konsep rancangan untuk penyelesaiannya? Jikalau tidak, seharusnya anda menulis permasalahan dengan jelas dan dengan sungguh hati mencari cara penyelesaiannya.
2. Dalam banyak hal anda tidak bisa menyesuaikan diri? Anda tak dapat berkomunikasi baik dengan banyak orang? Apabila seperti ini, ini semestinya bukan merupakan masalah kondisi, anda seharusnya mengubah anda sendiri. Usulan: Anda jangan lagi sembarangan berpindah kondisi, melainkan introspeksi dengan baik karakter anda sendiri.
3. Ketika anda merasakan situasi-kondisi anda sangat merisaukan. Harap di ingat untuk terus-menerus berpikir, ada harapan apakah untuk masa depan, kemudian tumpahkan seluruh energi untuk merancang impian masa depan.
Apabila anda menemukan diri sendiri berubah cukup pesimistis, di dalam hati seringkali muncul pemikiran negatif, kemungkinan anda sudah menderita gejala depresi. Pada saat itu barangkali anda membutuhkan bantuan dari terapi kejiwaan yang profesional.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar