Minggu, 15 Agustus 2010
Mengatur Tangan Kita Sendiri
Di kota kecil ini, paman saya merupakan orang pertama yang menjual daging. Berdagang selama bertahun-tahun membuat ia telah terlatih. Ia memiliki ketrampilan memotong daging dengan berat yang tepat sesuai permintaan.
Tidak peduli Anda membeli seberapa berat, dengan sekali potong saja berat daging itu dijamin adalah berat daging yang Anda inginkan. Oleh sebab itu ketenaran kios dagingnya menyebar kemana-mana dan ramai sekali.
Hari itu, datang seorang kepala pemborong yang merasa penasaran. Dia meletakkan uang 5 juta rupiah di atas meja, dan berkata bahwa dia ingin membeli 1,98 kg daging beserta tulang, 3.96 kg daging tanpa lemak, dan 5,94 kg daging yang berlemak, jika bisa sekali potong dengan berat persis yang dia inginkan maka setumpuk uang di atas meja itu semua akan diberikan kepada paman saya.
Saya yang berdiri di samping membakar semangat paman dan berkata: "Kalau begitu cepat potonglah, Paman!"
Sedangkan paman membalikkan tubuhnya, terus-menerus mengasah pisaunya, seperti dia sedang memikirkan sesuatu. Setelah lewat beberapa lama kemudian, dia mengangkatkan kepala memandang ke arah kepala pemborong tersebut: "Tiga bagian daging yang Anda inginkan tersebut akan saya potongkan, Anda bayar sesuai dengan berat daging tersebut, selebihnya satu sen pun tidak akan saya terima."
Selesai berbicara dia langsung mengayunkan pisau untuk memotong, dengan cepat sekali tiga bagian daging yang diinginkan oleh pembeli selesai terpotong, setelah ditimbang sungguh tepat berat setiap bagian daging, tidak selisih satu gram pun, orang-orang yang menonton di sekeliling tak henti-hentinya memuji.
Pulang ke rumah saya bertanya kepada paman: "Harga daging tersebut tidak sampai lima juta, mengapa tantangan itu tidak Anda terima saja?"
Paman tertawa dengan lugu: "Hati berseri-seri jika melihat uang, dalam hati akan timbul kekalutan, jika kalut pasti akan gugup, dengan sendirinya mata menjadi kabur dan tangan bergemetaran, keterampilan yang Anda miliki akan hilang, masih akan mengundang ejekan dari orang lain."
Di kemudian hari ketika usia paman sudah cukup tua, dia sudah tidak berdagang lagi. Dia hidup santai di rumah menjaga cucu-cucunya. Saat itu ada orang lain yang membuka kios daging, ingin merekrut paman dengan gaji sangat tinggi, yang dipakai hanya ketenaran namanya untuk menarik pembeli.
Tetapi paman bersikukuh menolak, dia berkata bahwa selain tidak mengeluarkan tenaga sendiri ia tidak mau mengibuli orang lain, ia tidak akan mau uang semacam itu!
Ketika paman tepat berusia 80 tahun, kami semua sebagai generasi muda datang ke tempat paman untuk merayakan hari ulang tahun bersamanya, paman sangat gembira.
Sambil mengangkat gelas minumnya tinggi-tinggi ia berkata kepada kita semua: "Seumur hidup ini saya senantiasa mengatur sepasang tangan saya untuk tidak mengeruk dan mengambil sesuatu yang mengingkari hati nurani, lebih-lebih tidak memiliki niat harus menggengam sesuatu dan tidak ingin dilepaskan. Oleh karena itu hati ini bersih dari kekalutan, tenang dan damai, hidup dengan santai dan bergembira."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar