Senin, 16 Agustus 2010
Masalah yang paling sulit diselesaikan adalah masalah yang tak ingin dihadapi
"Berdiskusi dengan sikap yang tenang adalah suatu hal, bisa merealisasikan apa yang dipikirkan merupakan hal yang lain." Roland, sastrawan Prancis
Seorang pria telah di-PHK oleh perusahaannya. Perasaan hatinya selalu murung dan suram. Setiap hari mengeluh memiliki kepandaian tapi tak ada kesempatan untuk memanfaatkannya.
Mengetahui hal ini, istrinya merasa iba dan selalu memberikan dorongan semangat agar dia mau mencari pekerjaan yang baru. Tetapi pria tersebut selalu menolak, dia mengatakan bahwa dirinya masih belum siap menghadapi masalah.
Suatu hari pria tersebut sedang melamun di rumah, mengetahui hal ini istrinya menyodorkan dua potong kemeja yang kotor terkena noda. Istrinya meminta tolong membantu membersihkan noda pada dua potong pakaian itu.
Sang istri berkata, "Dua kemeja tersebut terkena noda kecap, tolong bantu saya untuk membersihkan."
Kemudian pria itu membasahi dua kemeja tersebut lalu mengoleskan sabun cuci, menggunakan sikat untuk membersihkannya. Anehnya, baju yang satu hanya dengan perlahan disikat beberapa kali, noda kecapnya sudah hilang tidak terlihat lagi.
Sedangkan baju yang satunya lagi, tidak peduli segiat apa Anda menyikatnya, noda di atas baju tersebut tetap tak bisa dibersihkan.
Pria tersebut menanyakan hal ini pada istrinya, "Sama-sama terkena noda kecap, mengapa yang satu bisa hilang sedangkan yang lain tidak bisa hilang? Barangkali di sebabkan bahan baju yang tidak sama?"
Sang istri menjawab, "Bukan begitu, bahan kedua baju itu sama."
Pria tersebut tidak habis mengerti perkataan istrinya.
Akhirnya sang istri memberitahunya, "Baju pertama, baru saja terkena noda kecap, jadi sangat mudah membersihkannya, sedang baju yang kedua terkena noda kecap selama satu minggu. Nodanya sudah meresap ke dalam serat kain, jadi sangat sulit dibersihkan."
Selanjutnya istrinya memegang tangan suaminya, dan berkata dengan lembut, "Sama halnya pakaian yang terkena noda itu, semakin tidak ingin menyelesaikan masalah, akan makin lama semakin sulit diselesaikan."
Pria tersebut merasakan ketulusan dan kebaikan hati istrinya, dia lalu memeluk istrinya. Si pria itu akhirnya mau memandang serius kesulitan yang dialami, serta berupaya untuk menyelesaikannya.
Saya mengenal seorang anak muda yang sangat berbakat. Pemuda tersebut dulunya bekerja di perusahaan hi-tech yang sangat terkenal. Karena krisis ekonomi global beberapa waktu yang lalu, dia terkena PHK.
Setelah itu dia selalu mengurung dirinya di dalam rumah, menjadi seorang "pria pingitan". Terakhir saya mendengar kabar berita bahwa anak muda tersebut terjangkit penyakit murung (stress). Setiap hari membutuhkan obat-obatan yang berdosis tinggi.
Saya juga pernah bertemu dengan seorang karyawan biasa dari sebuah pasar swalayan. Ketika bertemu dengan orang itu saya merasakan kepribadian dan tutur katanya yang luar biasa, berangsur-angsur setelah mengenal dia semakin lama baru mengetahui bahwa ternyata dulu dia juga pernah bekerja di perusahaan hitech.
Sama seperti anak muda di atas juga terkena PHK. Sekarang sambil bekerja, ia sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian sebagai anggota diplomatik.
Ketika saya bertanya kepadanya apakah bekerja di pasar swalayan membuat dia merasa "direndahkan". Sambil tertawa dia berkata, "Mana mungkin! Bekerja di sini bisa berhubungan dengan banyak orang, masih memiliki waktu yang cukup banyak untuk membaca buku. Pekerjaan ini adalah satu pekerjaan yang paling baik bagi saya!"
Mengalami nasib yang sama, dihadapi dengan sikap hati yang berbeda, hasil yang didapatkan akan berbeda pula, di dalam kehidupan ini tinggi rendahnya "indeks kegembiraan" lebih-lebih sangat berbeda sekali.
Kadang kala permasalahan bukan tidak bisa diselesaikan, melainkan kita sendiri yang menganggap cara penyelesaian begini ini kurang sempurna, maka tidak mau menerima. Sebenarnya asalkan kita mau melangkah maju satu langkah, akan timbul keyakinan diri, akan bisa memiliki energi untuk menerobos, menggapai kesempatan untuk mengubah diri dan situasi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar