Minggu, 15 Agustus 2010
Masa Tua Yang Bahagia
Banyak orang berkata Kanada adalah surga bagi anak dan orang tua. di katakan surga mungkin agak berlebihan. Dalam dunia fana ini sudah ditakdirkan bencana dan kebahagiaan saling berdampingan, di tempat manapun tidak akan menjadi surga, tetapi jika dikatakan sebagai tempat yang berbahagia masih boleh.
Kanada wilayahnya sangat luas, kehidupan rakyatnya damai dan bahagia. Peraturan pemerintah Kanada yang memungut pajak tinggi untuk tunjangan kesejahteraan bagi penduduk setempat, terutama anak-anak dan orang tua sangat menguntungkan.
Masa kanak-kanak dan tua yang tidak ada kegiatan yang berarti, merupakan dua kutub dalam kehidupan manusia. Masa kanak-kanak masih ada sederetan waktu yang segar dan hidup, bagaikan lembaran harian yang memiliki pemandangan ceria.
Apa daya waktu berlalu tanpa bisa menyelesaikan sesuatu apapun, manusia bisa menjadi tua, apa yang paling ditakuti di masa tua? Sakit dan kemiskinan.
Di Kanada orang tua yang miskin dan patah hati boleh dibilang masih sedikit, karena setiap warga Kanada memiliki kesejahteraan di masa tua, semua warga yang sudah beruia 65 tahun ke atas, setiap bulan pemerintah pasti akan mengirimkan cek tepat pada waktunya, biaya sandang dan pangan tidak perlu dikhawatirkan.
Malahan yang dikhawatirkan adalah kesehatan, sebenarnya yang paling didambakan oleh manusia adalah kesehatan, pemerintah yang paling bijak pun, tidak bisa memberi jaminan atas takdir yang harus dilalui oleh setiap manusia yakni lahir-tua-sakit-mati.
Menurut kaca mata saya, masa tua seseorang kecuali membutuhkan kupon makan dalam jangka waktu panjang, yang lebih penting lagi adalah masalah kesehatan.
Saya mengenal seorang nenek tua yang dipanggil dengan sebutan Nenek O oleh semua orang. Nenek O beberapa tahun yang lalu sudah mulai berlatih Qigong, hingga sekarang usianya sudah di atas 60 tahun. Meski rambutnya telah memutih, tetapi tubuhnya sehat dan wajahnya penuh dengan sinar kemerahan, selama ini dia tidak pernah terserang penyakit juga tidak mengonsumsi obat-obatan.
Orang tua yang sedemikian sehat tinggal di Kanada, sebenarnya merupakan keuntungan bagi pemerintah serta sanak keluarganya. Sayang sekali sanak keluarga Nenek O sama sekali tidak mempedulikan kesehatannya yang diperoleh dari berlatih gong, karena gong yang dilatih oleh Nenek O adalah Falun Gong.
Suami dan menantu Nenek O tidak tahu bagaimana mereka hanya mempercayai fitnahan dari PKC yang sepihak. Setiap melihat Nenek O berlatih gong dan belajar Fa mereka pasti tidak enak memandang. Kasihan sekali Nenek O walaupun tinggal bersama dengan anak perempuan sendiri tetap merasakan hidup bersandar pada orang lain.
Nenek O datang kepada kami menceritakan pengalaman dia yang begini dan begitu, bagaimana menantunya itu menjadi naik pitam jika melihat buku-buku Falun Dafa, bagaimana suaminya dengan alasan menghemat pemakaian listrik tidak senang dia membaca buku Dafa dan berlatih gong di dalam kamar.
Dalam keluarga itu, dari yang muda hingga yang tua tidak ada seorang pun yang memiliki kesehatannya lebih baik daripada Nenek O yang rambutnya sudah memutih.
Suami yang keras kepala serta menantunya itu bersikeras tidak mempedulikan Nenek O bahkan memandangnya hina. Sungguh tidak habis pikir, mengapa mereka tidak berpikir jernih? Jika ditukar Nenek O adalah ibu saya, melihat dia hidup dengan sehat dan penuh dengan martabat, saya akan setuju dengan mengangkat dua tangan dan sepasang kaki saya, dia berlatih gong ada hubungan apa dengan mereka?
Bukankah berlatih gong bagus untuk menghalau penyakit dan meningkatkan moral, mana ada orang yang melihat orang lain mengasuh diri menjadi orang baik serta mendapatkan tubuh yang sehat lalu memandangnya dengan tidak enak di hati?
Tetapi karena rumah adalah milik menantunya, jika mereka masih terus berlagak bodoh, Nenek O juga tidak bisa berbuat apa-apa. Sebagai seorang yang berlatih gong, ia benar-benar memiliki hati yang sangat sabar, tanpa mempedulikan hal itu, gong tetap dilatih dan buku tetap dibaca.
Sebagai seorang ibu yang usianya sudah tua, terhadap anak perempuannya sendiri boleh dikata sudah membaktikan segenap jiwa dan raga, jika mereka tidak berbakti juga tidak mengapa, paling-paling pindah dan tinggal di tempat yang lain, tubuhnya masih tegar dan sehat, tidak butuh bantuan orang lain untuk merawat.
Nenek O juga berpikir tidak ingin menyandarkan diri lagi kepada anak dan menantunya, mempunyai satu niatan untuk hidup berdikari, semuanya seakan syarat sudah terpenuhi dan kesuksesan itu akan tiba. Di satu sisi ia baru mendapatkan uang tunjangan dari pemerintah, di sisi yang lain sudah ada orang yang berantusias membantu mencarikan kontrakan rumah yang murah.
Bangunan gedung ini berlokasi di China town, tempat itu ramai tetapi dalam gedung tenang dan sunyi, transportasi sangat mudah, lingkungan bangunan juga bagus, berhalaman rumput yang luas, bangunan dikelilingi dengan bambu hijau yang melingkar, mirip sekali dengan bangunan di daratan China.
Yang tinggal di gedung ini hanyalah orang tua biasa yang berusia rata-rata di atas 60 tahun, mereka semua menikmati tunjangan yang sangat baik dari negara demokrasi, meski tidak bisa menjadi kaya raya, tetapi bisa hidup secara layak.
Jika senggang, di lantai bawah gedung ada ruang aktivitas yang luas sekali. Mereka bisa berdansa, bermain catur dan lain sebagainya, kehidupan yang santai sekali.
Bibi O juga cukup beruntung, dia mendapatkan kamar dengan harga sewa paling murah dalam gedung ini, apartemen seluas kira-kira 90 m persegi ini, didalamnya terdapat dapur dan kamar mandi, untuk seorang nenek yang hidup sederhana, sarana demikian ini sudah cukup.
Kami semua gembira atas nasib baik Nenek O ini. Tunjangan hari tua walaupun tidak banyak, dipotong 300 setiap bulan untuk uang sewa kamar, 200 lebih setiap bulan untuk biaya hidup, ongkos transpotasi gratis, setiap bulan masih bisa menyisakan uang beberapa ratus, satu tahun adalah beberapa ribu, jika terkadang pergi mengikuti konferensi Fa di tempat lain biaya untuk bepergian tidak akan bermasalah.
Setiap hari berlatih gong di taman kecil yang berada didepan bangunan, lalu membagikan Koran dengan sukarela, satu hari dua kali makan sesuka hati pergi ke super market yang berada di China town untuk membeli sayuran segar yang murah, kulkas juga bisa dihemat, kehidupan bibi O yang begitu santai, mantap serta bermakna.
Jika masa kanak-kanak tidak ada kerisauan, masa muda pernah mengalami kehidupan yang sengsara, karena diperkuat oleh energi kehidupan di masa muda, jadi kesengsaraan itu tidak bermasalah. Sedangkan jika usia sudah usur, saat kesengsaraan sudah berlalu maka keberuntungan akan tiba.
Walau usia senja sangat terbatas, tetapi tidak ada yang perlu disesalkan. Bibi O menyadari sepenuhnya sikap keluarganya yang sudah tidak dapat diubah, mungkin mereka belum berjodoh untuk bisa berlatih Falun Gong yang sangat baik ini.
Menghadapi sikap mereka yang tidak bertoleransi itu, ia tidak menjadi sakit hati, menerimanya dengan lapang dada, dan dalam kesederhanaan ini ia benar-benar sangat menikmati hidupnya, merasa hidupnya sangat berbahagia.
Ia berharap setiap orang juga bisa seperti dirinya, dan tak terkecuali keluarganya, berharap suatu hari nanti mereka juga bisa ikut berlatih dengannya, bukan saja untuk mengolah tubuh menjadi sehat tetapi juga mengolah jiwa mereka sehingga dapat menjadi manusia yang benar-benar baik dengan prinsip Sejati, Baik dan Sabar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar