Pages

Senin, 06 September 2010

Kebahagiaan Bersumber Dari Pengorbanan


Dalam masyarakat modern sekarang ini, hampir semua orang tiada hentinya mengejar kebahagiaan. Lalu, apa sebenarnya kebahagiaan itu?

Apa yang menjadi sumber dari kebahagiaan itu? Sangat sedikit orang yang memikirkan hal ini secara serius, juga sangat sedikit orang yang mengerti tentang prinsip ini. di antaranya masih ada sebagian orang demi untuk mengejar kebahagiaan dirinya sendiri telah tiada hentinya melukai orang lain. di luar dugaan pengejaran tanpa batas dan penuntutan hasilnya adalah bukan hanya tidak mendapatkan kebahagiaan itu sendiri, akan tetapi justru semakin lama semakin menjauh dari kebahagiaan itu.

Semua ini disebabkan karena kebahagiaan yang sejati bersumber pada pengorbanan kita terhadap orang lain.

Jika seseorang dapat berbuat sesuatu dalam batas kemampuannya, dengan sikap dan hati yang tulus memberikan perhatiannya pada orang lain, maka dengan mudah ia akan mendapatkan kebahagiaan itu.

Ibu saya telah membuka sepetak kebun sayuran kecil di atas sebidang lahan yang kosong di pinggir jalan dekat rumah kami, yang kemudian ditanami dengan pokcai (sejenis bayam), bawang bombay serta tomat, dan sayuran lainnya.

Beberapa bulan kemudian setelah ibu membudi dayakan sayur-sayuran tersebut dengan rajin dan diberi pupuk serta disiram air, akhirnya kebun sayuran kecil itu mulai menuai panen raya. Sanak famili maupun para tetangga menasehati ibu agar menjual saja sisa sayuran yang tidak habis dimakan itu ke pasar. Walaupun harga sayuran tidak tinggi, namun setidaknya hasil dari menjual sayuran sedikit banyak bisa menambah penghasilan.

Mendengar hal itu ibu hanya tertawa saja, sambil berkata, “Sayuran ini sangat enak dan lezat, sebenarnya saya sayang untuk menjualnya, saya akan membagikan rasa kebahagiaan ini kepa-da para tetanggaku di sekitar sini.” Begitulah sayuran yang berlebih itu dibagi-bagikan oleh ibu kepada semua tetangga dan sanak keluarganya, satu persatu, dari rumah ke rumah.

Melihat para tetangga dengan hati riang gembira berterima kasih padanya saat mereka menerima sayuran yang ibu bagikan, ibu merasa sangat gembira, dan perasaan bahagia semacam itu sangat sulit untuk diekspresikan dengan kata-kata maupun tulisan.

Puluhan tahun yang lalu, di Amerika Selatan ada sebuah kota kecil, sepasang suami istri muda baru saja pindah ke kota tersebut. Di sebelah rumah suami istri muda ini tinggal sepasang suami istri yang sudah tua.

Ketika suami istri muda itu berkunjung ke rumah pasangan tua tersebut, mereka baru menyadari bahwa kedua mata ibu tua tersebut sudah hampir tidak kelihatan, juga sudah lumpuh sehingga harus duduk di kursi roda, gerak gerik-nya sungguh tidak leluasa. Dia hanya dirawat oleh sang suami, akan tetapi kesehatan suaminya itu juga tidak baik, demikianlah sepasang suami istri tua itu hidup berdampingan selama bertahun-tahun.

Hari Natal yang dirayakan setahun sekali akan segera tiba, sepasang suami istri muda ini bermaksud untuk melakukan sesuatu bagi pasangan tua itu. Setelah mereka melalui serangkaian perundingan, mereka putuskan untuk menghias sebuah pohon natal yang akan mereka berikan kepada kedua orang tua itu.

Lalu mereka membeli sebuah pohon kecil, yang kemudian mereka hiasi dengan menggunakan mainan dan pernik-pernik, serta diberi sedikit bingkisan. Pada malam natal diberikanlah pohon natal itu pada kedua tetangga tua mereka itu. Sang ibu tua memandangi gemerlap lampu-lampu kecil di atas pohon natal itu dengan penuh keharuan, tanpa dapat dibendung lagi air matanya pun berderai.

Sang suami lalu berkata, “Sudah bertahun-tahun lamanya kami tidak pernah menikmati indahnya pohon natal lagi…” Sejak saat itu, setiap kali mereka menjenguk tetangga tuanya, kedua orang tua itu selalu membicarakan mengenai pohon natal itu dengan penuh rasa terima kasih.

Ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan manusia, yang dibutuhkan oleh manusia tidak hanya kenikmatan materi yang berada di luar sana, manusia juga sangat membutuhkan hiburan yang berasal dari batiniah. Bagi kedua suami istri muda dalam cerita ini, dengan hanya sebuah pohon natal kecil mereka dapat membawakan suatu kehangatan dan kebahagiaan yang amat besar bagi orang lain.

Saya sendiri setelah menjalani kehidupan berkultivasi, telah merubah perangai saya yang dulunya selalu ego dan menuntut dari orang lain, menjadi seseorang yang hati dan pikirannya senantiasa dipenuhi dengan welas asih.

Saya menuntut diri dengan ketat menurut kriteria Sejati, Baik, Sabar, dalam setiap hal saya selalu memikirkan orang lain terlebih dahulu, bersamaan dengan perhatian yang saya curahkan bagi orang lain, di dalam hati sanubari saya pun ikut merasakan kebahagiaan yang tak terhingga.

Maka dari itu, segala sesuatu hal yang kecil, asalkan kita memperhatikan orang lain dengan tulus, hal itu dapat ditransformasikan menjadi suatu kebahagiaan yang sangat besar. Bagi pribadi yang telah memberikan pengorbanan itu juga pasti akan mendapatkan manfaat yang tidak terbatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...