Pages

Kamis, 09 September 2010

10 Tahun Yang Lalu


Itu adalah sebuah kisah yang diceritakan oleh seorang guru kepada saya, hingga sekarang masih saya simpan dalam hati. Kisah itu membuat kita menyadari bahwa sebagai manusia di dunia ini, sebenarnya tidak seharusnya kita melepaskan setiap kesempatan untuk bisa membantu orang lain. Mungkin Anda telah lupa, tetapi cahaya semacam ini, bisa menghangatkan jiwa-jiwa yang apatis.

Peristiwa itu terjadi pada sepuluh tahun lalu, ketika seorang ibu guru sedang memanfaatkan waktu istirahat siangnya, hendak kembali ke rumahnya untuk tidur sejenak, tetapi mendadak telepon di rumahnya berdering.

Dia mengangkat telepon itu, terdengar suara asing yang sangat kasar dan berkata, "Anak Anda telah mencuri buku, sekarang dia sedang kami tahan, cepatlah Anda datang kemari!"

Dari ujung telepon sebelah sana juga terdengar suara tangisan dari seorang gadis kecil, serta suara hardikan dari orang-orang di sampingnya.

Ibu guru tersebut menengok ke arah anak gadis satu-satunya yang tengah asyik menonton TV, dalam hatinya ia segera mengerti duduk permasalahannya.

Dapat dipastikan ada gadis kecil telah kepergok oleh penjaga toko buku karena mencuri, sedangkan anak gadis itu tidak mau anggota keluarganya mengetahui peristiwa ini, maka dia dengan sembarang menyebutkan sebuah nomor telepon, barulah terjadilah peristiwa yang kebetulan ini.

Sudah tentu dia boleh tidak peduli dan menutup telepon itu, bahkan juga boleh menegur keras orang dalam telepon itu, karena peristiwa tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.

Tetapi dia adalah seorang guru, tidak menutup kemungkinan gadis kecil itu adalah muridnya?

Dari suara yang terdengar dalam telepon, samar-samar dia bisa membayangkan, anak gadis kecil yang sekilas berpikiran salah itu, pasti sedang dalam kepanikan dan ketakutan yang sangat, mungkin sedang menghadapi keadaan yang paling menakutkan dalam hidupnya.

Setelah dia ragu-ragu sejenak, di dalam benaknya mendadak muncul sebuah pikiran harus bertindak. Karena itu dia menanyakan dengan jelas alamat toko buku tersebut, setelah itu dia pergi ke toko itu. Tepat seperti apa yang dia duga sebelumnya, di dalam toko buku tersebut sedang berdiri seorang gadis kecil dengan wajah ketakutan dan basah oleh air mata, sedang orang-orang dewasa yang berada di samping gadis kecil tersebut, dengan garang sedang menghardik gadis kecil tersebut.

Segera setelah tiba di toko itu, guru tersebut menyongsong dan memeluk gadis kecil yang malang itu, membalikkan badan dan berkata kepada penjaga toko buku tersebut, "Ada masalah apa katakanlah kepada saya, jangan sampai menakuti anak."

Dalam suara omelan penjaga toko buku yang tidak begitu rela, guru tersebut membayar dan melunasi beberapa puluh ribu uang denda. Setelah itu dia membawa gadis kecil tersebut keluar dari toko itu, serta melihat dengan jelas wajah berantakan yang basah oleh air mata serta rasa ketakutan itu.

Ibu guru itu lalu tertawa, dan membawa gadis kecil tersebut pulang ke rumahnya. Wajah anak yang lusuh itu dibersihkan. Ibu guru itu tidak menanyakan apapun, dan membiarkan anak gadis kecil itu pergi. Tetapi sebelum anak itu pergi ibu guru tersebut memberikan pesan berulang-ulang. Berpesan kepada anak itu jika dia ingin melihat buku, boleh datang ke rumah bibi, di dalam rumah bibi terdapat banyak sekali buku bacaan.

Gadis kecil yang masih belum hilang rasa takutnya itu, memandang guru itu dalam-dalam, lalu melesat pergi bagaikan angin, setelah itu tidak pernah muncul lagi.

Waktu sekonyong-konyong lewat bagaikan aliran air, tanpa terasa sepuluh tahun telah terlewatkan, ibu guru itu sudah melupakan peristiwa tersebut. Dia masih tetap tinggal di rumahnya dan melewatkan hidupnya dengan damai dan penuh ketenangan.

Pada suatu siang, di luar pintu terdengar ada orang yang sedang mengetuk pintu. Setelah dia membuka pintu, di balik pintu nampak berdiri seorang gadis asing yang cantik. Wajah gadis tersebut penuh dengan senyuman, di dalam kedua tangannya membawa setumpuk bingkisan.

"Anda sedang mencari siapa?"

Ibu guru itu bertanya dengan ramah, lalu gadis itu menuturkan sejumlah kata-kata mengharukan. Ibu guru yang mendengarkan penuturan dari gadis asing ini tiba-tiba menyadari, ternyata gadis yang berada di hadapannya ini adalah gadis kecil yang pernah ditolongnya. Sepuluh tahun telah lewat, gadis kecil tersebut telah tumbuh dewasa dan lulus dari perguruan tinggi. Sekarang dia khusus datang untuk menjenguk bibi yang baik hati ini.

Di mata gadis muda belia ini terlihat air mata menggenang, dia berkata dengan lirih, "Walaupun hingga sekarang saya masih tidak mengerti, mengapa Anda mau berpura-pura sebagai ibu saya dan menolong saya, tetapi dalam kurun waktu sepuluh tahun ini saya selalu merasakan, selalu ingin memanggil Anda dengan sebutan Ibu!"

Tak terasa pandangan ibu guru tersebut mulai mengabur, dengan rasa ingin tahu dia bertanya, "Seandainya waktu itu saya tidak menolong Anda, apa akibat yang akan terjadi?"

Wajah gadis belia tersebut segera berubah menjadi suram, dia menggelengkan kepala serta berkata, "Entahlah, mungkin saya akan bertindak bodoh, bahkan mengakhiri hidup."

Mendengarkan ucapan itu, hati ibu guru tiba-tiba terguncang, diam-diam mulai bersyukur atas keputusan dia ambil pada saat itu. Di luar dugaan bisa sedemikian berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Memandang ke wajah gadis belia yang penuh dengan senyum kebahagiaan, ibu guru tersebut juga ikut tertawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...