Pages

Jumat, 05 November 2010

Aku Kangen Ayah

Tak ku lihat sang dewi di gelapnya malam

hanya ada bintang diujung langit

bertaburan menebarkan pesonanya

menggantikan sinar sang bulan

Malam kelam tak berujung

ku duduk di sudut teras

melukiskan seraut wajah kokoh

yang pernah hadir dalam perjalanan waktu ku

menjadi bintang dalam kehidupan ku


Sosok tegar keras mengarungi roda kehidupan

banting tulang siang dan malam

rapuh menjelang usia senja

telah tinggalkan ku bertahun-tahun silam


Malam ini sang dewi bulan bersembunyi

seolah ikut rasakan gelisah ku

rinduku padanya teramat lekat

hanya sebaris doa yang bisa kulantunkan

untuk meringankan perjalanan menuju keharibaanNya


Aku kembali kangen Ayah

yang kini jauh sekali

hanya gundukan rumput hijau benderang yang sungguh apik

dan aroma rumput bau daun dan wangi melati

menyebar di sekeliling nisanmu.


Ayah

Aku kangen segala nasihatmu

agar tak sekalipun menggelembungkan harga bila diberi kepercayaan atas dana orang

agar segera menghindar dari teman-teman yang tampak akrab padahal gencar menusuk

agar menapak dengan terukur dan tahu malu

agar tak perlu malu bila miskin harta


Aku kembali kangen Ayah

kangen diskusi isi koran yang selalu dibaca sehari-hari

kangen memandang bulir air matamu yang tersembul karena perih pada ketidakadilan

kangen gerutumu saat nonton ocehan pejabat dungu dari layar televisi

kangen senyummu saat menikmati jemariku untuk segala lagu yang kau minta

kangen jambangan bunga yang tiap hari kau susun hasil kebun sendiri

kangen siulanmu menggema bergumam lirik lagu sepatah dua kata

kangen tatanan apik rumahmu dan permainan kombinasi warna

kangen halaman besar rumahmu yang berumput tebal hasil siramanmu tiap sore

kangen koleksi buku bacaanmu yang ribuan itu…

kangen suara dengkurmu yang khas sampai gayamu berbaring seenaknya di lantai


Aku kembali kangen Ayah

karena tak ada tempat kini untuk mengadu lagi

bercerita segala keresahan hati berada dalam kehidupan semesta ini

bagai aku berada di tengah pematang sawah jauh sekali

tak bertepi tak berpegang pada apapun juga

lalu termangu melihat kereta api yang meninggalkanku sendirian


Ku coba memanggilmu Ayah

jawaban yang ada hanyalah sepi

dan suara sayup berulang-ulang

yang lambat laun menguatkanku

untuk tetap memelihara rasa kangen ini

kalau bisa untuk selamanya meski kadang perih terasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...