Pages

Sabtu, 10 Juli 2010

Wanita, Apa yang engkau cari


Kenapa wanita bisa membenci setengah mati pria yang pernah dicintainya? Kenapa wanita lebih memilih cowok nakal daripada cowok baik-baik?

Kenapa wanita bisa melepas pria mapan, cakep, pintar dan baik demi pria yang justru tidak lebih baik dari pilihan sebelumnya?

Jika cowok memang buaya, kenapa cewek doyan dibuayain?

Banyak lagi pertanyaan-pertanyaan dibenakku yang seringkali saya menginginkan jawaban yang absolute, namun seringkali saya hanya menemukan jawaban relative… Apa sih yang dicari wanita? Rasa nyaman atau rasa aman? Cinta…, sebuah kata yang banyak diagungkan dan sekaligus menjerumuskan… Mungkin sudut pandang lurus seorang Night pada jalan yang tidak lurus dan sudut pandang Aimee yang lurus di jalan yang lurus (juga selalu mengharu biru) akan membentuk sudut pandang yang lebih berbeda.

Mungkin banyak buku yang membahas tentang bagaimana meluluhkan hati wanita, dari cara dikasihani hingga bersikap apa adanya dan lain-lain. Salah satu buku yang kusukai tentang hal beginian adalah buku Marketing in venus karangan Hermawan kartajaya (contoh kasusnya lebih cocok diaplikasikan di Indonesia daripada karangan Kotler ) dan buku-buku perilaku konsumen lainnya. Memang sih terkesan tidak ada hubungannya tapi percayalah mempelajari customer tidak ubahnya dengan mempelajari cewek, selalu berhubungan dengan mindshare, heartshare, positioning, meluluhkan hati, mengedepankan emosi,dll. Misalnya saja istilah kedepankan emosi maka logika ngga akan jalan, berapapun harga yang ditawarkan (selama masih wajar) maka pasti akan dibeli walaupun ada penjual lain menawarkan harga lebih murah…, ini karena trust dan layanan purnajual, benak yang tertanam, dll.

Membenci dan Mencintai…

Semudah mencintai, semudah itulah membenci seseorang yang pernah singgah di hati kita…, tergantung kasus perkasus sih tapi percayalah minimal sesudah putus kemungkinan untuk tetap temanan justru lebih sulit dan pada akhirnya memilih tidak berhubungan sama sekali. Saya percaya jika kita bisa mencintai seseorang dengan hati yang terdalam maka semudah itu kita akan membencinya, kenapa? Karena benci dan cinta dihasilkan dari hati yang sama, lagipula seseorang yang bisa menyakiti hati kita jelas seseorang yang dekat dihati kita…, dualitas benci dan cinta tetap saja berasal dari satu hati.

Cerita ini tentang seorang temanku, setelah putus dengan pacarnya saat itu juga mantannya sangat membencinya…, bahkan mengancamnya (salah sendiri abis putus masih mencari-cari cewek tuh…, kadang-kadang susah juga bedain percaya diri, berani, atau nekat). Saya kurang tau detail ceritanya, hanya tau mereka sudah sering ML sejak pacaran dan mantannya ini memang sudah tidak virgin sejak awal pacaran tapi temanku ini tetap menerimanya, bukan karena menerimanya apa adanya sih tapi cewek ini memang memiliki wajah tanpa dosa dan body membius (apa boleh buat fisik juga penting). Sebegitu mudahnya kan? Ngaku saja dech berapa banyak kokiers yang bisa berteman baik dengan mantannya? Terutama yang wanita…, kebanyakan pasti kesal, sebel, atau atau minimal menghindari, dll (tapi ini sangat tergantung alasan putus dan kondisi pasca putus jadi opini ini juga relatif).

Digombalin

Pernah mendengar kalimat gombal, “Sekalipun kamu menghancurkan hatiku hingga berkeping-keping, saya tetap akan mencintai kamu dengan kepingan terakhir ini.”. Gombal banget ya? Sesuai dengan hukum supply dan demand, kalo wanita ngga suka digombalin maka ngga mungkin donk pria akan suka ngegombalin… Mungkin memang pria adalah buaya, tapi kenapa juga wanita mau dibuayain, lagipula buaya mana yang nolak bangkai? Pria mungkin saja ibarat kucing yang jika ditawari ikan asin masih bisa menolak karena alasan ada yang lebih baik dirumah, tapi pria juga condong ke buaya, bahkan pria yang tampak baik di depan keluarga juga belum tentu sebaik yang kelihatan…

Saya tidak menyangkal kadang-kadang doyan ngegombal…, cuma karena saya bukan playboy jadi saya masih memilih-milih siapa saja yang pengin saya gombalin (playboy ngga akan milih-milih, bangkai mana yang ada dihadapannya maka itulah yang ditelannya). Night jelas bukan tipe pria baik, tidak akan menjadi pria baik-baik, saya memang bisa mencintai wanita tapi saya punya kecondongan mencintai kebebasan. Ini berdasarkan pengalaman pribadi, dua minggu lalu saya berjalan berduaan dengan dua wanita berbeda, itu sudah cukup menunjukkan saya tidak setia dengan komitmen dan salah satunya saya gombalin. Saya yakin mereka berdua tidak akan kegeeran dan saya juga tidak berharap kegeeran hanya karena bisa kencan dengan dua wanita dalam seminggu hingga ditanya-tanyain soal kehidupan pribadiku dan salah satunya selalu berusaha menggandeng tanganku dan bergelayut manja, sedang lainnya cool banget…, kadang-kadang kalimat gombal ini meluncur saja dari mulut tanpa saya ketahui memperoleh kalimat ini dari tong sampah atau pungut dari jalan, namun kalimat tidak bermerk ini kenyataannya masih saja disukai wanita.

Salahkah jika saya tiba-tiba ngegombal? Saya akan menjawab salah sendiri suka digombalin… Hasil akhirnya, tidak ada satupun hubungan yang berlanjut, karena baru saja kenal dan saya ngga ingin kegeeran hanya gara-gara diajak keluar cewek berduaan (sebenarnya nih karena teman yang jodohin, but emank saya ngga bisa aja untuk disuruh melakukan hal demikian…).

Kenapa cowok yang lebih nakal justru disukai?

Pria nakal lebih atraktif, itulah kesan yang ku tangkap. Wanita baik-baik lebih sering jatuh ke dalam pelukan pria nakal, mungkin karena pria nakal lebih berani dengan wanita? Atau wanita lebih suka pria nakal? Entahlah, hanya wanita yang bisa menjawab ini…, lagi-lagi relative berdasarkan selera, tapi coba saja baca buku-buku tentang hubungan pria dan wanita, jelas pria nakal lebih atraktif.

Kali ini pengalaman temanku lagi, my best friend, dia adalah tipikal pria nakal yang baik dan berubah menjadi pria nakal yang nakal karena wanita. Saat itu saya sempat berpikir wanita banyak yang mengaku korban dari pria tapi wanita sendirilah penyebabnya. Temanku, pertama kali pacaran dkhianati pacarnya, seperti biasa ketika selingkuh jika hati sudah condong ke selingkuhan maka pacar resmi juga akan ditinggalin. Setiap kejadian selalu ada konsekuensinya, seperti halnya efek domino ataupun bola salju, ketika dikhianati pada saat itulah temanku menjadi seorang playboy. Saya memang tidak pernah menasehatinya karena saya tidak peduli, hanya sekali sih saya pernah menegurnya ketika dia mendekati temanku (wanita), selebihnya wanita yang tidak saya kenal jadi saya ngga peduli. Kalo dalam opiniku sih, para wanita yang menjadi korbannya jelas dampak dari rasa sakit hati temanku ke wanita, jika suatu saat temanku akan menerima karmanya, ketika dia menggunakan hatinya kembali dan dikhianati kembali maka ini sih jadi lingkaran setan dimana akan banyak wanita yang menjadi korbannya…, sebaiknya kokiers tidak men-judge pria ini buaya yang harus dimusnahkan tapi mendoakan dia menemukan wanita yang bisa membuat hatinya luluh dan berakhir dengan baik atau lingkaran setannya tidak akan pernah putus…, lagipula ini ngga murni salah temanku, seandainya dia tidak pernah dikhianati.

Kenapa?

Saya memang tidak akan pernah memahami wanita, toh tidak semua hal didunia ini bisa dinalar. Ineks dan obat nyamuk yang sama-sama racun (meski satunya tidak tertulis awas berbahaya jika tertelan) tapi tetap saja ada yang meminumnya. Ketika wanita dibuayain dan mereka tau yang dihadapi adalah buaya tetap saja ada yang jatuh ke dalam mulut buaya juga, ini sih hanya mereka yang mengalami yang bisa menjawabnya… Kenapa wanita bisa melepas pria mapan, cakep, pintar dan baik demi pria yang justru tidak lebih baik dari pilihan sebelumnya? Ini sih saya benar-benar penasaran, apakah yang terlalu sempurna justru menjadi tidak sempurna?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...