Kebanyakan dari kita, tidak mengerti apa yang terjadi di dalam kepala kita. Bagaimana sih persisnya, otak kita bekerja. Namun saat ini, ilmuwan di “bidang otak” telah mempelajari beragam model manusia hebat dan kinerja otak, yang tentu saja temuannya ini sangat berguna bagi para pemimpin bisnis, pendidik, bahkan orang tua sekalipun, agar kita sama-sama mudah mengerti cara otak kita bekerja, dan karenanya pula membuat kita mampu meningkatkan kualitas hidup kita di rumah, kantor, dan juga sekolah.
Bagaimanakah proses kita belajar? Apa persisnya yang terjadi pada otak kita, saat kita tidur atau ketika mengalami stress? Kenapa sih berdasarkan dari penelitian lebih lanjut- ternyata multi-tasking (mengerjakan banyak hal di satu waktu yang bersamaan) itu hanyalah sebuah mitos? Benarkah laki-laki dan perempuan memiliki otak yang berbeda?
Mungkin, pertanyaan di atas adalah sebagian dari daftar keingintahuan Anda. Dalam artikel ini, kita akan menguliti beragam mitos berikut penelitian terbaru seputar otak kita. Adalah DR. John Medina, seorang pakar biologi molekuler yang menulis dalam bukunya yang mutakhir Brain Rules, membagikan ketertarikan sepanjang hidupnya mengenai otak berikut kinerjanya.
Kita akan menggunakan penelitian beliau, yang dimodelkan dalam 12 aturan tentang otak.
Yakni:
1. Exercise. Olahraga pelejit kinerja otak.
2. Survival. Otak manusia pun ber-evolusi.
3. Wiring. Tiap sambungan di otak kita terkoneksi dengan uniknya.
4. Attention. Kita tak menaruh perhatian pada hal-hal yang membosankan.
5. Short-term memory. Ulangi supaya ingat.
6. Long-term memory. Ingat-ingat untuk mengulang-ulang.
7. Sleep. Tidur nyenyak, berpikir pun lancar.
8. Stress. Otak yang stress tak mampu bekerja optimal.
9. Sensory integration. Latih kepekaan indrawi.
10. Vision. Penglihatan mempengaruhi indra lainnya.
11. Gender. Otak pria dan wanita memang berbeda!
12. Exploration. Manusia adalah makhluk penjelajah.
Berolahraga (bergerak) melejitkan kinerja otak
Kalo saja, kamera tak merekamnya dan media tak menyiarkannya secara langsung, kita pun sulit mempercayai cerita berikut. Seorang lelaki dengan tangan terikat, dilempar untuk mengarungi pelabuhan Long Beach-California, yang pada tubuhnya diikatkan seutas tali.
Tali itu tersambungkan dengan 70 kapal, yang terombang-ambingkan oleh ombak, yang di tiap kapalnya berisikan seorang penumpang. Melawan gempuran ombak dan ganasnya cuaca, lelaki itu kemudian berenang, menarik ke-70 kapal (beserta penumpangnya) yang berada di belakangnya, melintasi laut sejauh 1,5 mil menuju Queen Way Bridge. Lelaki itu, bernama Jack LaLanne, sedang merayakan ulang tahunnya dengan cara yang unik.
Coba tebak, di usia keberapa ia melakukannya? Betul, 70 tahun!
Jack LaLanne, lahir pada 1914, terkenal dengan julukan sebagai “GodFather of Fitness”. Dewa Kebugaran. Dialah pemeran utama acara komersial televisi dengan durasi terpanjang -yang pernah ada sepanjang sejarah– berisikan program kebugaran, semisal: pemanasan, senam, dan sejenisnya.
Dialah yang meletakkan latihan-latihan dasar yang sekarang berlaku standar di pusat-pusat kebugaran. Ia pun makin tersohor karena memperkenalkan gerakan sederhana –tapi penuh manfaat- bernama “Jumping Jack”. Saat buku ini dibuat (Brain Rules, red) ia berusia 95-an tahun. Bagi saya, Jack La Lanne masih menyisakan rasa penasaran.
Begitu Anda berkesempatan menonton wawancara Jack LaLanne, ketertarikan terbesar kita bukan terletak pada kekuatan ototnya itu. Bukan. Melainkan, pada kekuatan pikirannya. LaLanne secara mental sangat waspada, humoris, dan mampu melontarkan pernyataannya dengan sangat logis, benar-benar meyakinkan teman bicaranya.
Jadi, memang sangat sulit untuk tidak bertanya-tanya. “Adakah hubungan langsung antara berolahraga dengan kewaspadaan pikiran?” Tentu, Anda bisa tebak jawabannya. IYA, ada!
Ingatkah kita???
Saat masih kecil, kita begitu aktif bergerak. Dan jadinya kita pun aktif bertanya. Entah, dengan Anda, yang pasti saya pernah alami kondisi di mana begitu kita bergerak, terasa saja aliran darah yang berdesir cepat dalam diri, yang kemudian membuat kita terasa lebih segar, dan karenanya membantu kita berpikir lebih jernih.
Jika kemampuan kita berpikir dipengaruhi oleh aktivitas fisik kita, yakni bergerak. Mungkinkah aktivitas fisik yang ada berpengaruh kuat pada kinerja pikiran kita? Akan seperti apakah kemampuan berpikirnya, jika seseorang mengurangi olahraganya?
Untuk menjawabnya, peneliti membuktikan hukum keselarasan. Penelitian ini sama terbuktinya, baik bagi orang dewasa (pekerja) ataupun siswa sekolah. Pada penemuan terbaru, ilmuwan meminta sejumlah murid melakukan jogging selama 30 menit, 2 hingga 3 kali sepekan.
Setelah 12 pekan, level kemampuan kognitif mereka sangat melonjak drastis dibandingkan sebelum berjogging. Begitu, program latihan ini dihentikan, secara tiba-tiba kemampuan kognitif mereka kembali ke level semula. Secara mendasar, para ilmuwan bersepakat bahwa olahraga (memang) melejitkan kinerja otak.
Lalu, sebanyak apa sih tepatnya, olahraga yang kita butuhkan? Untuk pria adalah 10 hingga 20 km per hari, dan separuhnya untuk perempuan, ujar Richard Wrangham. Pada umumnya, para ilmuwan menyepakati 12 mil sehari.
Dan tahukah Anda olahraga apa yang dimaksud? Sederhana, sekali. Berjalan. Ilmuwan menyimpulkan, bahwa otak kita bekerja lebih gesit saat kita bergerak, bukannya dalam kondisi diam, bermalas-malasan.
Para dokter bahkan sudah memastikan bahwa orang-orang yang datang ke tempat mereka praktek, di usia yang sama, dan tua, bagi mereka yang rutin bergerak (apalagi berolahraga) cenderung hanya menderita penyakit ringan. Daripada orang-orang berusia tua yang jarang bahkan nyaris tidak pernah lagi berolahraga, kecenderungan penyakit yang diderita ialah penyakit dalam level “berat”, misal: stroke, dan sejenisnya.
Kesimpulan
Otak kita diciptakan agar kita berjalan, setidaknya 10 km perhari.
Guna memperbaiki kemampuan berpikir Anda, bergeraklah.
Ketika berolahraga kita memompa lebih banyak darah ke otak, menyediakan lebih banyak oksigen segar sebagai sumber energi, serta memicu protein penyambung jaringan antar sel otak.
Berolahraga secara aerobik dua kali sepekan, mengurangi resiko terjangkit dementia (lupa ingatan) hingga separuhnya. itupun bila rutin melakukannya 20 menit per hari, bisa mencegah terjadinya stroke sampai 60%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar