Tak ku lihat sang dewi di gelapnya malam
hanya ada bintang diujung langit
bertaburan menebarkan pesonanya
menggantikan sinar sang bulan
Malam kelam tak berujung
ku duduk di sudut teras
melukiskan seraut wajah kokoh
yang pernah hadir dalam perjalanan waktu ku
menjadi bintang dalam kehidupan ku
Sosok tegar keras mengarungi roda kehidupan
banting tulang siang dan malam
rapuh menjelang usia senja
telah tinggalkan ku bertahun-tahun silam
Malam ini sang dewi bulan bersembunyi
seolah ikut rasakan gelisah ku
rinduku padanya teramat lekat
hanya sebaris doa yang bisa kulantunkan
untuk meringankan perjalanan menuju keharibaanNya
Aku kembali kangen Ayah
yang kini jauh sekali
hanya gundukan rumput hijau benderang yang sungguh apik
dan aroma rumput bau daun dan wangi melati
menyebar di sekeliling nisanmu.
Ayah
Aku kangen segala nasihatmu
agar tak sekalipun menggelembungkan harga bila diberi kepercayaan atas dana orang
agar segera menghindar dari teman-teman yang tampak akrab padahal gencar menusuk
agar menapak dengan terukur dan tahu malu
agar tak perlu malu bila miskin harta
Aku kembali kangen Ayah
kangen diskusi isi koran yang selalu dibaca sehari-hari
kangen memandang bulir air matamu yang tersembul karena perih pada ketidakadilan
kangen gerutumu saat nonton ocehan pejabat dungu dari layar televisi
kangen senyummu saat menikmati jemariku untuk segala lagu yang kau minta
kangen jambangan bunga yang tiap hari kau susun hasil kebun sendiri
kangen siulanmu menggema bergumam lirik lagu sepatah dua kata
kangen tatanan apik rumahmu dan permainan kombinasi warna
kangen halaman besar rumahmu yang berumput tebal hasil siramanmu tiap sore
kangen koleksi buku bacaanmu yang ribuan itu…
kangen suara dengkurmu yang khas sampai gayamu berbaring seenaknya di lantai
Aku kembali kangen Ayah
karena tak ada tempat kini untuk mengadu lagi
bercerita segala keresahan hati berada dalam kehidupan semesta ini
bagai aku berada di tengah pematang sawah jauh sekali
tak bertepi tak berpegang pada apapun juga
lalu termangu melihat kereta api yang meninggalkanku sendirian
Ku coba memanggilmu Ayah
jawaban yang ada hanyalah sepi
dan suara sayup berulang-ulang
yang lambat laun menguatkanku
untuk tetap memelihara rasa kangen ini
kalau bisa untuk selamanya meski kadang perih terasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar